17 January 2008

DRIFTING DI INDONESIA

Dunia drifting Indonesia kembali menggeliat. Apakah tahun depan bakal berkembang pesat?

Drifting kembali menggeliat. Did’s Sport Club menggelar Goodyear Night Drift di lapangan parkir Polda Metro Jaya (1/12) yang diikuti oleh 61 drifter dan terbagi dalam 3 kelas (front wheel, rear wheel dan FFA). Bahkan rencananya event ini bakal digelar 5 seri tahun 2008 nanti.

Enggak cuma Didi Hardianto dan Did’s yang bakal bikin event drifting tahun depan. Rifat Sungkar, pereli yang 7 kali jadi juara nasional reli, kabarnya bakal juga ikut bikin seri drifting sendiri. “Detail jumlah seri dan dimana bakal dibikin belum bisa ngomong, tapi yang pasti sudah ada sponsor yang berminat,” ujar cowok ramah ini via telepon genggamnya.

Berita ini jelas bikin bahagia. Soalnya sejak kompetisi drifting pertama di Indonesia digagas dan dibuat oleh kakak kami, tabloid Otomotif, di PRJ Kemayoran (11/6/2005) praktis tidak ada satupun kompetisi drifting digelar di Indonesia hingga event di Polda kemarin.

Harus diakui perkembangan drifting di Indonesia bergerak sangat lambat. Jangan bandingkan dengan Amerika Serikat! Cukup dengan Malaysia saja perkembangan drifting di Indonesia masih kalah cepat.

Negara tetangga kita itu sudah menggelar kompetisi D1GP seri Malaysia sebanyak 4 putaran sejak tahun 2006 lalu. Selain itu masih ada seri kejuaraan drifting lain yang digelar di sana tahun 2007 ini seperti Stardrift Challenge, MMU Drift Attack dan Toyo Tires Asia pacific drift Open. Banyaknya kompetisi ini membuktikan bahwa dunia drifting Malaysia sangat berkembang dan punya komunitas penggemar yang besar dan kuat.

Bahkan mereka sudah mengirimkan juara D1GP seri Malaysia yaitu Tengku Djan Ley ke All Star D1GP yang berlangsung di Irwindale, Amerika Serikat. “Kompetitornya sangat berat, kami berada di posisi ke-5. Ini posisi tertinggi buat drifter non-Jepang,” kata bos Race.Rally.Research (R3) yang ditemui otosport awal Maret lalu di Malaysia.

HAMBATAN BUAT INDONESIA

Kalau soal antusiasme sih Indonesia enggak kalah sama Malaysia. Di sini banyak penggemar drifting. Mereka mengkonsumsi informasi soal D1GP melalui majalah luar negeri, internet sampai DVD lansiran Video Option yang versi bajakannya sempat banyak beredar di sentra penjualan DVD di Glodok pada medio 2005 itu.

Yang bikin sulit berkembang adalah sulit dan mahalnya beli mobil gerak roda belakang di Indonesia. Jangan bicara sportcar macam Nissan Silvia (S13, S14 atau 15) atau Mazda RX-7 deh, cukup Toyota Trueno atau Levin AE86 yang tergolong mobil entry buat drifter saja harganya dalam kondisi standar mencapai Rp 50-70 juta. Sudah mahal, carinya juga setengah mati karena populasinya sangat sedikit.

Kedua, biaya untuk memodifikasi mobil buat drifting butuh modal besar. Drifting enggak cuma modal LSD saja, butuh mesin yang kuat alias bertenaga. Soalnya tenaga yang besar ini modal utama buat meangaplikasikan mayoritas teknik-teknik drifting. [Wahyu]


TEKNIK DRIFTING

HAND-BRAKE DRIFT

Kopling diinjak dan disaat bersamaan hand-brake ditarik untuk menghilangkan traksi. Ketika traksi sudah hilang, kopling di lepas dan pedal gas ditekan sambil lakukan countersteering.

POWER SLIDE

Syaratnya butuh mobil dengan mesin bertenaga besar. Caranya hanya dengan membejek pedal gas habis dan mengontrol arah mobil dengan setir.

SHIFT LOCK

Drifting dengan cara menurunkan posisi gigi jadi lebih rendah. Hal ini membuat ban mengunci sehingga traksi hilang.

CLUTCH KICK

Drifting dengan cara menendang kopling segingga menimbulkan guncangan pada transmisi sehingga mempengaruhi keseimbangan mobil. Hal ini bakal membuat mobil slidding.

BRAKING DRIFT

Caranya saat masuk tikungan pedal rem diinjak sehingga bobot pindah ke depan. Kemudian pedal langsung dipijak sehingga ban belakang kehilangan traksi.

FEINT/SCANDINAVIAN FLICK

Caranya dengan memindahkan bobot kendaraan ke luar dengan cara memutar setir ke arah luar tikungan dan dengan tiba-tiba memutar balik setir sehingga bagian belakang mobil bergeser. Teknik ini seperti cara menikung mayoritas pereli.

KANSEI

Drifting dengan cara mengangkat pedal gas saat kecepatan tinggi. Ini terjadi karana saat pedal gas diangkat bobot pindah dari belakang ke depan.

SISTEM PENILAIAN DI D1GP

Untuk menentukan juara dalam suatu kompetisi drifting, digunakan seperangkat sistem penilaian menggunakan angka (speed, angle dan presentation). Sistem penilaian ini digunakan dalam kompetisi drifting profesional di Jepang dan Amerika Serikat.

SPEED/DRIVING LINE

Semakin cepat drifter melahap tikungan, semakin bagus nilainya. Yang dinilai kecepatan saat masuk tikungan, keluar tikungan dan kecepatan yang dipertahankan selama drifting.

Driving line maksudnya lintasan mobil untuk melewati tikungan. Juri sangat suka melihat drifter yang bisa menempatkan moncong mobil sedekat mungkin dengan apex tikungan. Kemampuan menempatkan buntut mobil ke dinding luar tikungan juga bisa menghasilkan nilai tambah.

DRIVING ANGLE

Driving angle adalah sudut tikung mobil dihubungkan dengan arah laju mobil . Dengan kata lain, semakin jauh drifter membuang pantat mobil (tanpa kehilangan traksi tentunya), semakin besar point yang diperoleh. Driving angle juga bisa diartikan berapa lama waktu drifting seseorang dan sudut rata-rata saat nge-drift.

SHOWMANSHIP/PRESENTATION

Ini adalah aspek penilaian paling subyektif dalam kontes drifting. Penilaiannya meliputi gaya mengemudi masing-masing drifter. Kadang-kadang tampilan mobil juga ikut dinilai. Contohnya saat drifting, drifter mengeluarkan tangan, kaki atau membuka pintu. Banyaknya asap saat drifting juga bisa jadi bahan penilaian pada variabel ini.

MOBIL DRIFTING

Mobil paling cocok buat drifting adalah berpenggerak roda belakang atau FR (front engine, rear-wheel-drive). Soalnya mobil jenis ini tenaga untuk slidding selalu disalurkan oleh roda belakang, sedangkan roda depan dimanfaatkan untuk mengontrol mobil/drift.

Kalau elu pakai mobil gerak roda depan atau FF (front engine, front-wheel-drive), tenaga dan kontrol ada di roda depan. Alhasil elu agak susah menaklukkan beberapa tikungan sekaligus.

Mobil paling populer buat drifting adalah Toyota AE86 alias Hachi-Roku (delapan-enam) karena dibekali mesin 4AG 130 dk yang dapat dimodif dengan mudah, murah dan tahan banting. Nissan Silvia (S13/S14/S15) dan 180SX (Sil-Eighty) juga bisa jadi pilihan karena murah dan punya mesin bengis (SR20DE/T). Cuma saja elu bakal susah cari mobil ini di showroom karena sudah enggak diproduksi lagi.

Solusinya elu bisa pakai mobil gerak roda belakang yang dulu sempat beredar di Indonesia seperti Toyota Corolla atau Datsun Stanza. Selain harganya murah, mobilnya relatif mudah didapat.


SEJARAH DRIFTING DI JEPANG

Drifting tumbuh di Jepang sekitar petengahan 1960-an, dipelopori kalangan motorsport underground yang dijuluki rolling zoku. Mereka mempraktikkan teknik opposite-lock dari reli ini di jalan pegunungan (touge) yang berkelok-kelok dan beraspal licin di wilayah Rokkosan, Hakone, Irohazaka dan Nagano.

Para samurai touge ini kemudian membawa aksi nekat mereka ke wilayah perkotaan Jepang. Mereka biasanya nge-drift di jalanan kawasan dok pelabuhan, lapangan parkir tertutup dan di sirkuit setiap weekend. Penggemar drifting pun kian banyak dan kompetisi-kompetisinya (ikaten) pun mulai digelar di beberapa kota di Jepang yang diorganisir Video-OPTION.

Pada 2001, Daijiro Inada (pendiri Option Magazine dan Tokyo Auto Salon) bersama Keiichi ‘Dorikin’ (Raja Drifting) Tsuchiya (pembalap turing dan juga ‘Bapak Drifting Profesional’) membuat seri kompetisi drifting profesional, D1 Grand Prix (D1 GP).

1 comment:

Unknown said...

wiiih baru baca nih ada trik2 buat drifting. tapi apakah trik ini bisa dipake ketika melakukan drift di atas es