17 January 2008

KEI CAR DI INDONESIA

TREN GLOBAL YANG TERGANJAL

ATPM melihat peluang dan konsumen mulai melirik, tapi pemerintah belum kasih insentif


Popularitas kei car enggak cuma di negara asalnya, Jepang. Namun, sudah merambah ke Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara Asia lainnya. Bagaimana dengan Indonesia?

“Saat ini kami melihat selama belum ada insentif pajak dari pemerintah, kei car akan sulit berkembang di Indonesia,” buka Domestic Marketing division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra. Soalnya, kebijakan pemerintah Indonesia berbeda dengan Jepang yang memberikan insentif pajak yang cukup besar untuk kendaraan kategori kei car.

Struktur tarif di Indonesia memang tidak menguntungkan buat konsumen yang ingin membeli mobil ber-cc kecil.. Di sini untuk sedan CBU tarifnya 55% sedang untuk CKD ber-cc di bawah 1.500 cc 25 dan di atas 1.500 cc 30%. Jadi ukuran cc kei car yang kecil enggak dilihat pemerintah.

Walaupun begitu pihak ADM mengakui jika dirasa sudah tepat mereka akan mempertimbangkan mengeluarkan kei car di Indonesia. Sinyal ini paling enggak bisa dilihat dari dipajangnya Daihatsu Mira dan Sonica di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2007. Apalagi Daihatsu sendiri menguasai 33% pasar Kei Car di Jepang yang volume sales-nya mencapai 2 juta unit per tahun.

Mobil kompak ber-cc kecil memang bukan pilihan favorit konsumen Indonesia. Mereka lebih suka memilih mobil MPV yang bisa menampung penumpang banyak lagi. Ini ditambah masih kuatnya anggapan bahwa mobil cc besar itu lebih baik dari yang cc kecil. “Cc kecil bukan lagi masalah untuk menghasilkan power yg optimal, terbukti Daihatsu Copen walaupun cc-nya hanya 660 saja tapi bisa memenangkan balapan di Jepang,” terang Amelia lagi.

Joko Utomo, Brand Manager I Deputy General Manager PT Indomobil Niaga International yang memasarkan Suzuki Karimun Estilo menambahkan bahwa mobil kompak ber-cc kecil punya peluang yang bagus di masa depan. “Namun mesinnya bukan yang 660 cc, tapi antara 1.000 sampai 1.500 cc,” ungkap pria ramah ini.

Alasan Joko, mobil kompak ber-cc kecil ini konsumsi bahan bakarnya sangat efisien sangat cocok dengan kondisi Indonesia yang harga BBM-nya terus merangkak naik. “Satu lagi, lalu-lintas disini kan sangat padat dan cari parkirnya sulit. Mobil kecil seperti Karimun Estilo itukan cocok dengan kondisi itu,” jawabnya sambil tersenyum.

Mobil mini merupakan tren global. Larisnya Fiat 500 di Eropa merupakan salah satu cerminan dari fenomena ini. ATPM di Indonesia pun sudah mencium hal tersebut, ini paling enggak bisa dilihat dari larisnya Suzuki Karimun Estilo atau Kia Picanto. Dipajangnya Subaru R1, Subaru R2, Daihatsu Mira dan Daihatsu Sonica bisa jadi bukti tambahan.

Namun, regulasi pemerintah yang tidak memberikan insentif pajak yang cukup besar buat mobil yang hemat bahan bakar, ramah lingkungan dan kompak merupakan ganjalan utama. Padahal pasar kelas ini mulai dan akan terus berkembang di masa depan. [Wahyu]

No comments: